Me-Review Jurnal

Berikut adalah narasi dari jurnal yang terkait dengan SAP minggu ke-11

link jurnal : http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/view/632/617

KREATIVITAS DIGITAL DALAM MASYARAKAT RISIKO PERKOTAAN: STUDI TENTANG OJEK ONLINE “GO-JEK” DI JAKARTA

Kemacetan yang menjadi risiko bagi masyarakat Jakarta harus mendapatkan perhatian khusus untuk segera diatasi. Pemerintah dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk mengatasi persoalan kemacetan. Usaha yang dilakukan pemerintah belum mampu mengurangi atau bahkan mengatasi kemacetan yang terjadi di Jakarta. Angkutan publik di Jakarta pun belum secara maksimal memberikan pelayanan kepada pengguna. Fasilitas jalan raya yang belum cukup memadai dalam menampung banyaknya kendaraan bermotor pun turut menjadi penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta. Ojek hadir sebagai penunjang kegagalan pada angkutan publik (Tuan dan MateoBabiano, 2013). Go-Jek muncul sebagai bentuk inovasi dari ojek konvensional karena memasukkan unsur teknologi di dalamnya. Penggunaan teknologi aplikasi pada moda transportasi ojek ini memberi nilai lebih pada kegunaannya. Teknologi aplikasi yang digunakan oleh Go-Jek sebagai bentuk dari kreativitas masyarakat dirasa para pengguna mampu mengurangi beragam risiko ketidakpastian yang mereka hadapi pada kemacetan di Jakarta. Pada sudut pandang ini, tanggung jawab negara untuk mengatasi persoalan kemacetan di Jakarta sebetulnya terbantu dengan hadirnya kreativitas masyarakat melalui Go-Jek sebagai moda transportasi yang menggunakan teknologi aplikasi. Masyarakat berusaha mengatasi risiko ketidakpastian dalam kemacetan yang ada melalui modal kreativitas digitalnya. Penggunaan teknologi aplikasi oleh Go-Jek merupakan salah satu bentuk dari kreativitas masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi. Aplikasi Gojek ini merupakan strategi untuk memperoleh kepastian sebagai upaya untuk mengatasi risiko permasalahan perkotaan yang terjadi di Jakarta. Go-Jek sebagai moda transportasi ojek berbasis teknologi aplikasi mampu meminimalisir risiko dalam hal waktu, kemudahan, biaya dan keamanan. Kreativitas masyarakat dalam menangani risiko ini sayangnya tidak linier karena memunculkan ketidakpastian baru. Dalam hal ini bukan teknologi yang menjadi soal, tetapi usaha masyarakat untuk mengatasi risiko ini tidak dijamin oleh pemerintah. Belum adanya aturan pemerintah untuk menjamin keberadaan moda transportasi alternatif menjadi sosok baru yang menahan upaya meminimalisir risiko dan ketidakpastian masyarakat Jakarta.

PELANGGARAN IKLAN MIE SEDAP MELEHCEHKAN GURU

KPI Pusat mengimbau semua stasiun televisi untuk memperbaiki adegan dalam tayangan iklan “Mie Sedap” sebelum tayang kembali. Menurut KPI tayangan yang terdapat dalam iklan tersebut tidak memperhatikan norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sekolah, memperolok tenaga pendidik (guru) dan merendahkan sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Teguran dan penjelasan tersebut tertuang dalam surat imbauan KPI Pusat yang ditandatangani Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, kepada semua stasiun televisi, Rabu, 28 Desember 2011.

Adapun adegan pelanggaran yang dimaksud dalam iklan “Mie Sedap” yakni adegan seorang guru yang memegang sebuah produk mie dan di kepalanya bertengger seekor ayam.

Dalam surat imbauan itu, KPI meminta kepada semua stasiun televisi untuk menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI tahun 2009 sebagai acuan utama dalam menayangkan sebuah program siaran. KPI akan terus melakukan pemantauan terhadap iklan tersebut. Bila ditemukan adanya pelanggaran, KPI akan memberikan sanksi administratif.

BERIKUT HIMBAUAN YANG DI BERIKAN KPI

Tgl Surat :
28 Desember 2011

No. Surat:
822/K/KPI/12/11

Status :
Imbauan

Stasiun TV:
Seluruh Stasiun TV

Program:
Iklan “Mie Sedap”

Deskripsi Pelanggaran
Pada Iklan tersebut ditemukan penayangan adegan seorang guru yang memegang sebuah produk mie dan di kepalanya bertengger seekor ayam. KPI menilai bahwa adegan tersebut tidak layak ditayangkan. KPI mengimbau kepada seluruh lembaga penyiaran yang masih dan/atau akan menayangkan iklan tersebut untuk segera melakukan perbaikan dengan cara melakukan editing pada adegan sebagaimana dimaksud di atas.

Adegan iklan tersebut terdapat sebuah ayam diatas kepala seorang Guru yang sedang memegang mie hal ini merupakan hal  yang tidak sopan, terlebih kepada seorang guru yang merupakan profesi mulia dengan mengajarkan pendidikan kepada generasi penerus bangsa, di dalam iklan tersebut juga menggambarkan suasana kelas yang jorok dan kotor seharusnya sebuah kelas menggambarkan situasi yang bersih dan nyaman agar pada siswa dapat nyaman menerima pelajaran di kelas

Sumber :

http://wawasan-indonesiaku.blogspot.co.id/2011/12/iklan-sedap-lecehkan-profesi-guru.html

http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/iklan-mie-sedap-melecehkan-profesi-guru.html

http://www.budiutomo.com/2011/12/iklan-sedap-lecehkan-profesi-guru.html

Prinsip Etika Dalam Bisnis Serta Etika dan Lingkungan

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.

  1. Prinsip Otonomi adalah prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
  2. Prinsip Kejujuran adalah prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
  3. Prinsip Tidak Berniat Jahat merupakan prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
  4. Prinsip Keadilan adalah perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
  5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri merupakan prinsip yang mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.

Hormat Pada Diri Sendiri

Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hormat sebagai kata sifat memiliki arti sebagai menghargai (takzim, khidmat, sopan). Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa rasa hormat memiliki pengertian sebagai suatu sikap untuk menghargai atau sikap sopan. Secara umum rasa hormat mempunyai arti yaitu merupakan suatu sikap saling meghormati satu sama lain yang muda, hormat kepada yang tua yang tua, menyayangi yang muda. Rasa hormat tidak akan lepas dari rasa menyayangi satu sama lain karena tanpa adanya rasa hormat, takkan tumbuh rasa saling menyayangi yang ada hanyalah selalu menganggap kecil atau remeh orang lain.

Rasa hormat memiliki pengertian sebagai suatu sikap untuk menghargai atau sikap sopan. sikap hormat bersifat penting karena dengan sikap hormat mampu membangun keteraturan di dalam kehidupan masyarakat dan mampu meningkatkan derajat seseorang di hadapan masyarakat. rasa hormat meliputi empat hal, yaitu sikap hormat terhadap Tuhan, sikap hormat terhadap diri sendiri, sikap hormat terhadap orang lain dan sikap hormat terhadap lingkungan. Rasa hormat terhadap diri sendiri merupakan sikap hormat kita dalam menghargai diri kita pribadi yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu mencerminkan karakter kita sebagai manusia. Sikap hormat terhadap diri sendiri dapat diwujudkan dengan menjaga kesucian fisik dan menjaga kesucian rohani. Menjaga kesucian fisik dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan tubuh (berolahraga, berisitirahat, menjaga pola makan dan memenuhi kebutuhan hiburan atau refreshing) sedangkan untuk menjaga kesucian rohani dapat dilakukan dengan melakukan ibadah kepada Tuhan dan memenuhi kebutuhan ilmu yang berguna untuk kehidupan manusia.

Untuk membentuk pribadi yang baik maka diperlukan sikap pengendalian diri. Pengendalian diri adalah merupakan suatu keinginan dan kemampuan dalam menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang pada hak dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sikap-sikap pengendalian diri dapat berupa: sikap sabar, sikap bekerja keras, sikap jujur, sikap disiplin, sikap teguh pendirian dan percaya diri.

Hak dan Kewajiban

Bukan hanya kewajiban saja yang harus dijalankan, hak etika bisnispun juga sangat diperlukan, diantaranya : Hak untuk mendapatkan mitra (kolega) bisnis antar perusahan, hak untuk mendapatkan perlindungan bisnis, hak untuk memperoleh keuntungan bisnis, dan hak untuk memperoleh rasa aman dalam berbisnis. Selain itu dalam berbisnis setiap karyawan dalam suatu perusahaan juga dapat mementingkan hal-hal yang lebih utama, seperti : kepercayaan, keterbukaan, kejujuran, keberanian, keramahan, dan sifat pekerja keras agar terjalinnya bisnis yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak bisnis tersebut.

Teori Etika Lingkungan

Secara teoritis, terdapat tiga model teori etika lingkungan, yaitu yang dikenal sebagai Shallow Environmental Ethics, Intermediate Environmental Ethics, dan Deep Environmental Ethics. Ketiga teori ini juga dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.(Sony Keraf: 2002)

1.ANTROPOSENTRISME
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
2.BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME

Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).

3.TEOSENTRISME

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

Prinsip Etika di Lingkungan Hidup

Prinsip – prinsip etika lingkungan merupakan bagian terpenting dari etika lingkungan yang bertujuan mengarahkan pelaksanaan etika lingkungan agar tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, Pada lingkung yang lebih luas lagi diharapkan etika lingkungan mampu menjadi dasar dalam penentuan kebijakan pembangunan berkelanjutan yang akan dilaksanakan. Menurut Keraf (2005) dalam UNNES (2010) menyebutkan bahwa ada sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Sikap hormat terhadap alam atau respect for nature.

Alam mempunyai hak untuk dihormati, tidak saja karena kehidupan manusia bergantung pada alam tetapi juga karena manusia adalah bagian dari alam. Manusia tidak diperbolehkan merusak, menghancurkan, dan sejenisnya bagi alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang dapat dibenarkan secara moral.

  1. Prinsip tanggung jawab atau moral responsibility for nature.

Prinsip tanggung jawab disini bukan saja secara individu tetapi juga secara berkelompok atau kolektif. Setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki yang tinggi, seakan merupakan milik pribadinya.

  1. Solidaritas kosmis atau cosmic solidarity.

Solidaritas kosmis mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan menyelamatkan semua kehidupan di alam. Alam dan semua kehidupan di dalamnya mempunyai nilai yang sama dengan kehidupan manusia. Solidaritas kosmis juga mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencermati alam dan seluruh kehidupan di dalamnya. Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis, serta mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro-lingkungan atau tidak setuju setiap tindakan yang merusak alam.

  1. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam atau caring for nature.

Prinsip kasih sayang dan kepedulian merupakan prinsip moral satu arah, artinya tanpa mengharapkan untuk balasan serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. Semakin mencintai dan peduli terhadap alam manusia semakin berkembang menjadi manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitas yang kuat. Alam tidak hanya memberikan penghidupan dalam pengertian fisik saja, melainkan juga dalam pengertian mental dan spiritual.

  1. Prinsip tidak merugikan atau no harm.

Prinsip tidak merugikan alam berupa tindakan minimal untuk tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk hidup lain di alam semesta. Manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan yang merugikan sesama manusia. Pada masyarakat tradisional yang menjujung tinggi adat dan kepercayaan, kewajiban minimal ini biasanya dipertahankan dan dihayati melalui beberapa bentuk tabu-tabu yang apabila dilanggar maka, akan terjadi hal-hal yang buruk di kalangan masyarakat misalnya, wabah penyakit atau bencana alam.

  1. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam.

Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang paling efektif dalam menggunakan sumber daya alam dan energi yang ada. Manusia tidak boleh menjadi individu yang hanya mengumpulkan harta dan memiliki sebanyak-banyaknya dengan secara terus-menerus  mengeksploitasi alam. Melalui prinsip hidup sederhana manusia diajarkan untuk memilki pola hidup yang non-matrealistik dan meninggalkan kebiasaan konsumtif yang tidak bisa membedakan antara keinginan dengan kebutuhan.

  1. Prinsip keadilan.

Prinsip keadilan sangat berbeda dengan prinsip –prinsip sebelumnya. Prinsip keadilan lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak positif pada kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfatannya.

  1. Prinsip demokrasi.

Prinsip demokrasi sangat terkait dengan hakikat alam. Alam semesta sangat beraneka ragam. Demokrasi memberi tempat bagi keanekaragaman yang ada. Oleh karena itu setiap orang yang peduli terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan. Pemerhati lingkungan dapat berupa multikulturalisme, diversifikasi pola tanam, diversifiaki pola makan, keanekaragaman hayati, dan sebagainya.

  1. Prinsip integritas moral.

Prinsip integritas moral terutama dimaksudkan untuk Pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Prinsip ini menuntut Pemerintah baik pusat atau Daerah agar dalam mengambil kebijakan mengutamakan kepentingan publik.

Kesembilan prinsip etika lingkungan tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman dasar bagi setiap manusia untuk berperilaku arif dan bijaksana dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup. Penerapan kesembilan prinsip tersebut dapat menjadi awal yang baik atau pondasi dasar bagi terlaksanannya pembangunan yang berkelanjutan.

Sumber :

Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius
http://sulaeman17.blogspot.co.id/2012/01/antroposentrismebiosentrisme-dan.html

http://2bsiskarahayu.blogspot.co.id/2014/05/praktikum-mendel.html?view=classic

http://asterinabelak.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hormat-pada-diri-sendiri_7245.html

http://nuraini-maryadi.blogspot.co.id/2010/10/kewajiban-dan-hak-dalam-etika-bisnis.html

Definisi Etika dan Bisnis sebagai sebuah profesi

  1. Hakikat Etika Bisnis

Menurut Drs. O.P. Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral.

Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi, struktur bisnis.

 

  1. Pengertian Etika dan Bisnis

Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Pengertia Etika Bisnis secara sederhana adalah : cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Semuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat itu sendiri.

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.

Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :

  • Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
  • Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
  • Melindungi prinsip kebebasan berniaga
  • Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya  termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier.

Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni  dengan cara :

  • Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
  • Memperkuat sistem pengawasan
  • Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

 

  1. Etiket moral, hukum dan agama

Perbedaan Etika dan Etiket :

Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya, padahal perbedaan antara keduanya sangat mendasar. Dari asal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle. Etika berarti moral sedangkan Eiket berarti sopan santun. Namun meskipun berbeda, ada persamaan antara keduanya, yaitu :

  • Keduanya menyangkut perilaku manusia
  • Etika dan eiket mengatur perilkau manusia secara normative, artinya memberi norma bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Perbedaannya yang penting antara lain yaitu :

  • Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
  • Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilihan yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka maka etiket tidak berlaku.
  • Etika selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata, tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.
  • Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dala suatu kebudayaan, isa saja diangap sopan dalam kebudayaan lain.
  • Etika jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi.
  • Etiket hanya memadang mausiadari segi lahiriah saja. Etika menyangkut manusia dari segi dalam. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

Perbedaan Moral dan Hukum :

Sebenarnya ataa keduanya terdapat hubungan yang cukup erat. Karena anatara satu dengan yang lain saling mempegaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Secaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabil atidak dikukuhkan, diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum dapat meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan Hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain :

  • Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka hkum lebih memiliki kepastian yang lebih besar.
  • Norma bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.
  • Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia saja.
  • Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang.
  • Sanksi hukum bisanya dapat dipakasakan.
  • Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang.
  • Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat.
  • Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat

Perbedaan Etika dan Agama :

Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada wahtu Tuhan dan ajaran agama.

Etika dan Moral

Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Dua kaidah dasar moral adalah :

  • Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
  • Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.
  1. Klasifikasi Etika

Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, tahun 2012 etika dapat diklasifikasikan menjadi :

  1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara turun-temurun.

  1. Etika Normatif

Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau massyarakat sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.

  1. Etika Deontologi

Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.

  1. Etika Teleologi

Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompollan menjadi dua macam yaitu :

  • Egoisme

Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.

  • Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya semua pihak baik yang terkait langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.

  1. Etika Relatifisme

Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang bersifat global.

E. Konsep Etika Bisnis

Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor.

Dasar pemikiran:

Suatu perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut memiliki pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi pekerjaannya. Agar perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada masalah:

  1. intern,misalnya masalah perburuhan
  2. Ekstern,misalnya konsumen dan persaingan
  3. Lingkungan, misalnya gangguan keamanan

Pada dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan mengatasi masalah di atas yaitu:

  1. Perusahaan tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
  2. Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
  3. Tidak lebih jelek dari yang lain

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang tercermin pada:

  1. Visi
  2. Misi
  3. Tujuan

BUDAYA ORGANISASI

Pada budaya organisasi terdapat unsur

  1. Memecahkan masalah baik internal maupun eksternal organisasi
  2. Budaya tersebut dapat ditafsirkan secara mendalam
  3. Mempunyai persepsi yang sama
  4. Pemikiran yang sama
  5. Perasaan yang sama

FUNGSI DAN MANFAAT BUDAYA PERUSAHAAN

  1. Fungsi

menentukan maksud dan tujuan organisasi dengan fungsi tersebut organisasi akan mengikat anggotanya.

  1. Manfaat
  2. mampu memecahkan masalah intern
  3. mampu memecahkan masalah ekstern
  4. mampu memiliki daya saing
  5. mampu hidup jangka panjang

KUNCI MEMBANGUN BUDAYA PERUSAHAAN

  1. Memahami proses terbentuknya budaya perusahaan
  2. Alamiah
  3. Konseptual

sumber budaya perusahaan adalah :

  • karakteristik pemimpin
  • jenis pekerjaan
  • cara memecahkan masalah
  1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perusahaan.
  2. Nilai
  3. Ideologi
  4. Norma
  1. Langkah-langkah membangun budaya perusahaan:
  2. menemukan masalah dalam organisasi
  3. menemukan opini yang berkembang
  4. menganalisis opini dari:

– lingkup

– pemunculan

– kompetensi

– mutu

– kadar

  1. Menentukan strategi
  2. Membuat program
  3. Merumuskan pesan yang dapat mengubah
  4. opini negatif menjadi positif
  5. opini positif menjadi lebih positif
  1. menciptakan opini baru yang positif tercermin pada:
  2. individul image
  3. unit image
  4. coorporate
  1. Budaya perusahaan dapat dibagi menjadi:
  2. Pertama : Produk

b.Kedua    : Organisasi

– Perhatian pada karyawan (suasana, keejahteraan)

– Perhatian pada tata kerja

– Menyangkut pada sistem dan prosedur aturan-aturan kerja

– Perhatian pada sarana/peralatan

Sumber:

http://dedifahradi.blogspot.co.id/2011/06/hakikat-etika-bisnis.html

http://aananerih.blogspot.co.id/2011/09/pengertian-etika-dan-etika-bisnis.html

https://dwintapuspa.wordpress.com/2014/11/09/klasifikasi-etika/

http://etika-kita.blogspot.co.id/2008/04/perbedaan-pengertian-etika-etiket-moral.html

LAPORAN ILMIAH

A. Pengertian Laporan

Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan (E.Zaenal Arifin,1993).
Dan menurut Nafron Hasjim & Amran Tasai (1992) Karangan ilmiah adalah tulisan yang mengandung kebenaran secara obyektif karena didukung oleh data yang benar dan disajikan dengan penalaran serta analisis yang berdasarkan metode ilmiah.
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah.

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan tentang laporan ilmiah :
1. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu
kegiatan ilmiah.
2. Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3. Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4. Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5. Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
6. Laporan ilmiah, umumnya, mempunyai garis besar isi (outline) yang berbeda-beda, bergantung dari bidang yang dikaji dan pembaca laporan tersebut. Namun, umumnya, isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
2. Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
3. Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
5. Tulisan disusun dengan metode tertentu
6. Tulisan disusun menurut sistem tertentu
7. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.

B. Jenis Laporan Ilmiah
a. Laporan Lengkap (Monograf).
1) Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
2) Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
3) Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
4) Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
5) Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya: judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

b. Artikel Ilmiah
1) Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
2) Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
3) Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

c. Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

C. Sistematika Laporan
Ilmiah Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Secara umum, sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1. Bagian Pembuka
Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan. Bagian pembuka ini terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Prakata;
f. Daftar isi;
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar grafik (jika ada)
i. Daftar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan

2. Bagian Isi
Bagian isi merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian isi inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap. Bagian isi terdiri dari :

a. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan Pendahuluan terdiri atas :
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat

b. Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.

c. Bab III Metode Penelitian :
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.

d. Bab IV Pembahasan :
Pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

e. Bab V Penutup :
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan ilmiah tersebut. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan

3. Bagian Penutup
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Lampiran
c. Indeks daftar istilah

D. Langkah-Langkah Membuat Laporan
Agar dapat menyusun laporan yang baik dan efektif, perlu dipersiapkan dengan matang. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah seperti berikut.
1. Menetapkan tujuan laporan Pembuat laporan harus tahu, untuk apa laporan dibuat dan siapa yang akan membaca laporan tersebut.

2. Menentukan Bahan Laporan Bahan-bahan laporan yang dapat digunakan adalah:
(1) surat-surat keputusan
(2) notulen hasil rapat
(3) buku-buku pedoman
(4) hasil kegiatan
(5) hasil penelitian
(6) hasil diskusi

3. Menentukan cara penngumpulan data Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
(1) Membuat petunjuk pelaksanaan bagi peneliti yang menjelaskan sasaran dan penyesuaian kegiatan
(2) Melakukan wawancara
(3) Mengumpulkan dokumen pelaksanaan kegiatan
(4) Penyusunan daftar pengecekkan untuk melihat data yang ada dan yang tidak ada

4. Mengevaluasi Data Data yang telah dikumpulkan dievaluasi untuk dibuat suatu simpulan.

5. Membuat Kerangka Laporan Kerangka laporan dibuat sesuai dengan sistematika laporan.

D. Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya mempunyai pertalian dengan sebuah tulisan atau sebagian dari tulisan yang sedang dibuat. Melalui daftar pustaka, pembaca dapat mengetahui keseluruhan sumber yang digunakan dalam tulisan yang dibacanya sehingga dapat merujuk pada sumber asli Unsur-unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: nama penulis, tahun penerbitan, judul tulisan, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
Penulisan daftar pustaka, secara umum adalah sebagai berikut.
1. Daftar Pustaka disusun secara alfabet (A,B,C,…..) berturut-turut dari atas ke bawah tanpa menggunakan angka arab, tanda hubung, dan semacamnya.

2. Cara penulisan sebuah sumber pustaka berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Penulisan nama pengarang Nama pengarang bagian belakang (nama akhir atau nama keluarga) ditulis lebih dahulu, diikuti tanda koma baru nama bagian depan kemudian diikuti titik. Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, dipakai menggantikan nama pengarang. Jika tidak ada nama pengarang, urutannya harus dimulai dengan judul buku.
b. Menuliskan tahun terbit buku, diikuti tanda titik
c. Menuliskan judul buku, diberi garis bawah atau ditulis dengan huruf miring, diikuti tanda titik
d. Menuliskan tempat atau kota penerbitan, diikuti tanda titik dua.
e. Menuliskan nama penerbit dan diikuti tanda titik

3. Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama penulisnya, sumber ditulis dari buku yang lebih dulu terbit diikuti buku yang terbit kemudian.

4. Bila tidak ada nama penulis, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.

5. Jarak antara baris dan baris untuk satu referensi adalah satu spasi tetapi jarak antara pokok dengan pokok adalah dua spasi.

6. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak empat ketukan mesin tik.

7. Apabila sebuah referensi ditulis oleh lebih dari dua orang penulis, hanya satu nama yang dicantumkan dalam daftar pustaka dengan susunan nama terbalik. Untuk nama penulis lainnya disingkat dkk atau dll.

Source : https://fadliadhin.wordpress.com/2015/06/04/laporan-ilmiah-3/

FORMAT PENULISAN ILMIAH

A. Bahan dan Ukuran Kertas
Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut:

  1. Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm).
  2. Jenis kertas: HVS 80 gram.
  3. Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan warna yang telah ditentukan) dengan lambang Universitas Mulawarman sebagai pembatas.

B. Pengetikan
Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci sebagai berikut:

  1. Menggunakan software pengolah kata dengan flatform Windows, seperti MS Word, Excel, dan lain-lain.
  2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran 12 kecuali untuk:
    • Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam (soft cover), yang menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal (bold) dengan ukuran font mulai 12 sampai 16 (disesuaikan dengan panjang judul, lihat Lampiran).
    • Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font ukuran 10.
    • Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul (sub-bab, sub sub-bab), memberi penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.
    • Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah, memberi penekanan, pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang hirarkhinya tidak setingkat), dan sejenisnya. Judul sub sub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan huruf miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul sub sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan huruf miring biasa

Batas tepi (margin):

a.   Tepi atas     : 4 cm

b.   Tepi bawah : 3 cm

c.   Tepi kiri     : 4 cm

d.  Tepi kanan : 3 cm

  1. Sela ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar pustaka.
    1. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:

a.   Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah
halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak,
riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar
dan daftar lampiran. Spasi yang digunakan adalah:

1)        Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).

2)        Riwayat Hidup dan Kata Pengantar ditulis dengan spasi ganda.

3)        Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).

4)        Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).

5)        Lainnya, lihat Lampiran.

b.   Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun
dengan menggunakan spasi ganda.

c.   Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar
referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar
referensi dengan spasi ganda), dan Lampiran yang ditulis dengan
spasi tunggal atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran.

6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:

a.      Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital,
dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang berlaku umum seperti
PT., CV.), posisinya di tengah halaman, dan tanpa diakhiri tanda
titik. Perkecualiannya adalah judul pada halaman Persetujuan
Seminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).

b.      Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi (margin) sebelah
kiri dengan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf
pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case)
kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul
sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).

source:

https://erdendi.wordpress.com/2013/12/28/format-penulisan-ilmiah-universitas-gunadarma/

PRAKTEK MENULIS LAPORAN ILMIAH

1. Judul
Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh
karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik.
Judul yang baik adalah judul yang ‘terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun
dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’.
Kriteria judul yang baik adalah :
1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan.
2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel.
3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh
artikel.
4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata.
Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15
buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah
artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar
semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja
diperlukan jumlah kata yang banyak.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian (LPSTD) dapat
ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel
ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD.
Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan
menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik
judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak
cukup deskriptif juga berarti tidak baik.
Sebagai contoh : “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun
sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan
‘biologi’ adalah tentang : reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah
yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya?
Page 6

Tarkus Suganda
7
Selain itu, pada judul di atas (Biologi Ulat Sutra), tidak baik untuk sebuah
judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul
sebuah tulisan bahan pengajaran (buku pelajaran) yang akan mengupas berbagai hal
yang berkaitan dengan biologi ulat sutera.
Contoh lain : Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga
kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah
penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu
saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih
baik jika judul tersebut diubah menjadi (misalnya) :
“Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh
streptomycin secara in vitro”.
Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan
oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan
si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal
dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam
judul. Sebagai contoh :
“Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani
dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman,
Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara
: Suatu studi kasus”.
“Pengaruh aplikasi pupuk hayati (inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza)
dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba
tanah (Azotobacter sp.), derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat
(Lycopersicon esculentum) pada lahan marginal cultisols”.
Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan
membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel
tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat
tanpa harus kehilangan makna dan informasinya?
Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel
harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata
yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh :
“Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh
bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu”
Pada judul di atas, kata ‘oleh’ sebaiknya diganti dengan kata ‘dengan’, karena
kata ‘oleh’ lebih menunjukkan pelaku (manusia) yang menggantikan dedak dan
bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata
prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat.
Contoh lain :
Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil
pada kedelai
Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya?
Page 7

Tarkus Suganda
8
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah
adalah :
1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan
mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan
langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah
penyebarluasan informasi seluas-luasnya.
2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan
dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya
mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh : “Pengaruh kegiatan KKN
terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut
apakah berarti ‘kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ‘ketahanan dan
keamanan negara’, atau ‘kuliah kerja nyata’?
3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum.
Judul artikel ilmiah (terutama bidang eksakta) dapat ditulis sebagai ‘bungkus’
yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya,
contohnya :
“Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan
kering.”
atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil
penelitiannya, contohnya :
“Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan
kering”,
atau
“Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada
budiaya lahan kering”
Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari (running title) yang
umumnya terdiri dari tiga s.d. lima kata.
B.2. Penulisan Nama Autor (Penulis) dan Alamat
Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan
alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut
perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah :
1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya.
Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu (1) tidak
membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan
(2) sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang
sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai
contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan
namanya sebagai Deliana R.S.; D.R. Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi
lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun
mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan
bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan.
2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama.
Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun
tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah
menggunakan nama Deliana R.S., karena nama akan membingungkan ketika
Page 8

Tarkus Suganda
9
harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan (pada
contoh kasus di atas sebagai R.S.) tidak dikenal dalam sistem penulisan nama.
3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung
jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut.
4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat
pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat
institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset
pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis
utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak
lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai
catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut.
5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan
mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan
mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri (contohnya
adalah membedakan “Robert” yang bekerja di instansi A dengan ‘Robert’ yang
bekerja di instansi B), adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat
mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut.
B.3. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci”
Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan
dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak
akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari
artikel tersebut. Abstrak (atau Abstract dalam Bhs. Inggris) adalah versi singkat
sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel
(IMRaD). Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang
berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta
Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas.
Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah,
maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik (contohnya
Agricola, CAB Abstract, Websco, dll.) hanya memuat bagian Abstrak dari suatu
artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa
abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel.
Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu
artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti
sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar
dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel
selesai dibuat (dan dibaca berulang-ulang). Jadi, jangan karena urutan letaknya
berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada
bagian lainnya.
Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain :
1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di
dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya.
2. Bersifat self explanatory (cukup jelas dengan sendirinya), tanpa harus merujuk ke
dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian
tidak baik dimunculkan di dalam abstrak :
Page 9

Tarkus Suganda
10
“……..faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh
dalam artikel lengkapnya”
”….. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk
peningkatan hasil”
3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung :
(a) alasan mengapa eksperimen dilakukan (rasionalisasi dan justifikasi); (b) tujuan
eksperimen; (c). metode eksperimen; (d) hasil; dan (e) kesimpulan.
4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka.
5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata (bahasa Indonesia) dan 100 s.d.
150 kata (bahasa Inggris) , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf.
6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula,
dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak.
7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam
artikel.
Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan
bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa
bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih
kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial (lihat
American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness) ternyata
dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat.
Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik :
Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres
A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs (Plant Disease, 1998)
Abstract
Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari
penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang
tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs.
Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs.
Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris
secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract
yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah :
1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak (dalam bhs. Indonesia) sama dengan
penulisan “Abstract
2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian
lainnya, gunakan “past tenses”.
3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki
kemampuan berbahasa Inggris lebih baik.
Kata Kunci /Key words
Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu
sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat
mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib
memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran
secara cepat (dengan komputer) tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel
tersebut.
Pemilihan kata kunci mutlak menjaditanggung jawab autor, karena hanya
autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu
artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi
karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak
memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah.
B.4. “Pendahuluan”
Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan
secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil
Page 11

Tarkus Suganda
12
riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya,
antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya.
Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu
review (telaahan) yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka
harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang
ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk
meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut..
Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang
cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan
tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel
tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun
haruslah meliputi :
1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi
dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan
mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting.
2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi.
3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen.
4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan
dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan.
B.5. “Bahan dan Metode”
Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang
telah ditemukannya suatu ‘pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau
eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji
kebenarannya. Suatu ‘artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan,
tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ‘ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum
tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu,
jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam
artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang (bukan hanya
perlakuannya yang diulang), misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari
paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau
sampel yang representatif (sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang
ditentukan).
Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama
seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi
Pelaksana.
Kejelasan (clarity) merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang
baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam
melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga
jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil
yang relatif sama pula (penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian
haruslah reproduceable). Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar
belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama.
Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah
artikel kita sudah jelas atau belum :
1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan
tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita?
Page 12

Tarkus Suganda
13
2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut : (a) Apakah
pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? (b) Apakah detil
dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya?
3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut
dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan
yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang
dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya.
4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen (sebagaimana mahasiswa
melakukannya dalam menulis skripsi), tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan
menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan
tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset.
5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka
pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik
yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan
nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode
ciptaan sendiri (sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman
modern ini), maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus
dijelaskan dalam artikel.
6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber
perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam
eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan,
berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah
produk tersebut ditulis
“Hasil”
Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian ‘Hasil’ ada yang dipisahkan
dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian ‘Pembahasan’. Bagian “Hasil”
merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil
temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan.
Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah
dalam membuat bagian ‘Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang
pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel
dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain
eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi
lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data
Page 13

Tarkus Suganda
14
eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya
jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna
(significant) dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan.
Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah (J.W. Powell, 1888) yang
menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang
bijaksana yang dapat memilih-milihnya” (dan membuatnya menjadi bermakna,
Tarkus Suganda).
Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan
di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang
kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”.
Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap
eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus
dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian
Hasil dengan Diskusi/Pembahasan.

source :
https://www.researchgate.net/publication/262561789_TEKNIK_MENULIS_ARTIKEL_ILMIAH_DARI_LAPORAN_PENELITIAN_SKRIPSI_TESIS_DAN_DISERTASI

PRAKTEK MENULIS LAPORAN ILMIAH

1. Judul
Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh
karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik.
Judul yang baik adalah judul yang ‘terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun
dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’.
Kriteria judul yang baik adalah :
1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan.
2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel.
3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh
artikel.
4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata.
Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15
buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah
artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar
semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja
diperlukan jumlah kata yang banyak.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian (LPSTD) dapat
ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel
ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD.
Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan
menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik
judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak
cukup deskriptif juga berarti tidak baik.
Sebagai contoh : “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun
sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan
‘biologi’ adalah tentang : reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah
yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya?
Selain itu, pada judul di atas (Biologi Ulat Sutra), tidak baik untuk sebuah
judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul
sebuah tulisan bahan pengajaran (buku pelajaran) yang akan mengupas berbagai hal
yang berkaitan dengan biologi ulat sutera.
Contoh lain : Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga
kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah
penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu
saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih
baik jika judul tersebut diubah menjadi (misalnya) :
“Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh
streptomycin secara in vitro”.
Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan
oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan
si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal
dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam
judul. Sebagai contoh :
“Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani
dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman,
Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara
: Suatu studi kasus”.
“Pengaruh aplikasi pupuk hayati (inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza)
dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba
tanah (Azotobacter sp.), derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat
(Lycopersicon esculentum) pada lahan marginal cultisols”.
Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan
membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel
tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat
tanpa harus kehilangan makna dan informasinya?
Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel
harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata
yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh :
“Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh
bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu”
Pada judul di atas, kata ‘oleh’ sebaiknya diganti dengan kata ‘dengan’, karena
kata ‘oleh’ lebih menunjukkan pelaku (manusia) yang menggantikan dedak dan
bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata
prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat.
Contoh lain :
Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil
pada kedelai
Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya?
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah
adalah :
1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan
mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan
langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah
penyebarluasan informasi seluas-luasnya.
2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan
dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya
mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh : “Pengaruh kegiatan KKN
terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut
apakah berarti ‘kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ‘ketahanan dan
keamanan negara’, atau ‘kuliah kerja nyata’?
3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum.
Judul artikel ilmiah (terutama bidang eksakta) dapat ditulis sebagai ‘bungkus’
yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya,
contohnya :
“Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan
kering.”
atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil
penelitiannya, contohnya :
“Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan
kering”,
atau
“Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada
budiaya lahan kering”
Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari (running title) yang
umumnya terdiri dari tiga s.d. lima kata.
B.2. Penulisan Nama Autor (Penulis) dan Alamat
Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan
alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut
perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah :
1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya.
Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu (1) tidak
membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan
(2) sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang
sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai
contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan
namanya sebagai Deliana R.S.; D.R. Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi
lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun
mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan
bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan.
2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama.
Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun
tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah
menggunakan nama Deliana R.S., karena nama akan membingungkan ketika
harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan (pada
contoh kasus di atas sebagai R.S.) tidak dikenal dalam sistem penulisan nama.
3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung
jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut.
4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat
pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat
institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset
pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis
utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak
lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai
catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut.
5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan
mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan
mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri (contohnya
adalah membedakan “Robert” yang bekerja di instansi A dengan ‘Robert’ yang
bekerja di instansi B), adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat
mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut.
B.3. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci”
Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan
dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak
akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari
artikel tersebut. Abstrak (atau Abstract dalam Bhs. Inggris) adalah versi singkat
sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel
(IMRaD). Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang
berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta
Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas.
Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah,
maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik (contohnya
Agricola, CAB Abstract, Websco, dll.) hanya memuat bagian Abstrak dari suatu
artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa
abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel.
Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu
artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti
sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar
dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel
selesai dibuat (dan dibaca berulang-ulang). Jadi, jangan karena urutan letaknya
berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada
bagian lainnya.
Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain :
1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di
dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya.
2. Bersifat self explanatory (cukup jelas dengan sendirinya), tanpa harus merujuk ke
dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian
tidak baik dimunculkan di dalam abstrak :
“……..faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh
dalam artikel lengkapnya”
”….. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk
peningkatan hasil”
3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung :
(a) alasan mengapa eksperimen dilakukan (rasionalisasi dan justifikasi); (b) tujuan
eksperimen; (c). metode eksperimen; (d) hasil; dan (e) kesimpulan.
4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka.
5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata (bahasa Indonesia) dan 100 s.d.
150 kata (bahasa Inggris) , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf.
6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula,
dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak.
7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam
artikel.
Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan
bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa
bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih
kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial (lihat
American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness) ternyata
dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat.
Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik :
Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres
A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs (Plant Disease, 1998)
Abstract
Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari
penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang
tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs.
Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs.
Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris
secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract
yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah :
1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak (dalam bhs. Indonesia) sama dengan
penulisan “Abstract
2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian
lainnya, gunakan “past tenses”.
3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki
kemampuan berbahasa Inggris lebih baik.
Kata Kunci /Key words
Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu
sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat
mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib
memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran
secara cepat (dengan komputer) tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel
tersebut.
Pemilihan kata kunci mutlak menjaditanggung jawab autor, karena hanya
autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu
artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi
karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak
memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah.
B.4. “Pendahuluan”
Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan
secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil
 riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya,
antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya.
Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu
review (telaahan) yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka
harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang
ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk
meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut..
Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang
cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan
tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel
tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun
haruslah meliputi :
1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi
dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan
mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting.
2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi.
3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen.
4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan
dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan.
B.5. “Bahan dan Metode”
Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang
telah ditemukannya suatu ‘pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau
eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji
kebenarannya. Suatu ‘artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan,
tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ‘ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum
tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu,
jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam
artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang (bukan hanya
perlakuannya yang diulang), misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari
paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau
sampel yang representatif (sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang
ditentukan).
Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama
seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi
Pelaksana.
Kejelasan (clarity) merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang
baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam
melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga
jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil
yang relatif sama pula (penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian
haruslah reproduceable). Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar
belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama.
Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah
artikel kita sudah jelas atau belum :
1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan
tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita?
2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut : (a) Apakah
pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? (b) Apakah detil
dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya?
3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut
dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan
yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang
dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya.
4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen (sebagaimana mahasiswa
melakukannya dalam menulis skripsi), tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan
menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan
tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset.
5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka
pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik
yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan
nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode
ciptaan sendiri (sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman
modern ini), maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus
dijelaskan dalam artikel.
6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber
perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam
eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan,
berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah
produk tersebut ditulis
“Hasil”
Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian ‘Hasil’ ada yang dipisahkan
dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian ‘Pembahasan’. Bagian “Hasil”
merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil
temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan.
Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah
dalam membuat bagian ‘Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang
pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel
dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain
eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi
lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya
jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna
(significant) dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan.
Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah (J.W. Powell, 1888) yang
menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang
bijaksana yang dapat memilih-milihnya.
Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan
di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang
kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”.
Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap
eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus
dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian
Hasil dengan Diskusi/Pembahasan.

source :
https://www.researchgate.net/publication/262561789_TEKNIK_MENULIS_ARTIKEL_ILMIAH_DARI_LAPORAN_PENELITIAN_SKRIPSI_TESIS_DAN_DISERTASI

KONSEP MENULIS LAPORAN ILMIAH

Konsep Tulisan Ilmiah

Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Membicarakan produk ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.

Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.

Dalam karya tulis ilmiah ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggung jawabkan secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diindentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.

Dalam penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan penelitian. Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacammacam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.

Jadi kesimpulannya pengertian karya tulis ilmiah adalah tulisan yang membahas ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar.

Macam-Macam Laporan

 

  • Laporan Berbentuk Formulir Isian

 

Laporan ini biasanya telah disiapkan blanko daftar isian yang diserahkan pada tujuan yang akan dicapai.

 

  • Laporan Berbentuk Surat

 

Laporan yang bentuk surat prinsipnya sama dengan surat biasa perbedaannya terlatak pada isi dan panjang surat.

  • Laporan Berbentuk Memorandum

Laporan berbentuk memo atau catatan pendek lebih singkat dibanding surat. Laporan ini sering digunakan dalam lingkungan organisasi/lembaga/antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja.

  • Laporan Perkembangan dan Keadaan

Laporan perkembangan adalah laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan,perubahan yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan/sasaran yang telah ditentukan tujuannya untuk menyebarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat.

  • Laporan Berkela

Laporan berkela dibuat secara rutin (harian,mingguan,bulanan,tahunan) misalnya laporan keuangan,produksi dan peningkatan prestasi.

  • Laporan laboratoris/Hasil Penelitian

Laporan laboratoris tujuannya untuk menyampaikan hasil dari percobaan/penelitian yang dilakukan dilaboratorium.

  • Laporan Formal/Semi Formal

Laporan formal ialah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu/sistematika baku sebuah laporan ilmiah. Jika tidak lengkap menjadi laporan semi formal.

Ciri – Ciri Laporan yang Baik

Laporan yang baik mendukung beberapa hal antara lain:

  1. Penggunaan bahasa yang ilmiah (baku).
  2. Dalam penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
  3. Laporan disertakan dengan identifikasi masalah
  4. Data yang lengkap sebagai pendukung laporan
  5. Adanya kesimpulan dan saran
  6. Laporan dibuat menarik dan juga interaktif

Syarat Laporan Ilmiah

Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
  2. Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
  3. Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
  4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
  5. Tulisan disusun dengan metode tertentu
  6. Tulisan disusun menurut sistem tertentu
  7. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.

sumber : Google.com

KARANGAN ILMIAH

Karangan ilmiah merukapan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu ,disusun menurut metode tertentu dengan sistematika yang bersantun bahasa dan isinya dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.

Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah :

  1. Memberi penjelasan
  2. Member komentar atau penilaian
  3. Memberi saran
  4. Menyampaikan sanggahan
  5. Membuktikan hipotesa

Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.

CIRI-CIRI KARYA ILMIAH

  1. Struktur Sajian

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

  1. Komponen dan Substansi

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

  1. Sikap Penulis

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

  1. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari   pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.

  1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
  2. Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
  3. Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

SIFAT KARYA ILMIAH

Berbeda dengan tulisan fiksi (novel, puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal sehingga harus memenuhi syarat.Beberapa syarat tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Lugas dan tidak emosional

Maksudnya adalah karya ilmiah hanya mempunyai satu arti, tidak memakai kata kiasan, sehingga pembaca tidak mebuaat tafsiran (interprestasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada batasan (definisi) oprasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabe.

  1. Logis
    Maksudnya adalah kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten. Urutan disini meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.
  2. Efektif
    Maksudnya adalah baik alinea atau subbab harus menunjukan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
  3. Efisien
    Maksudnya adalah hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
  4. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

SUMBER : Google